Blogger templates

Selasa, 11 Desember 2012

Kasihku Hilang didalam Deru Kotaku..



Kemarin,ku masih menikmati senyummu lewat kerut pipimu, walau tertutup oleh cadar birumu, namun ku masih bisa merasakan ramahmu. Lewat binar matamu, ku masih bisa berharap akan cintamu.

Ruang renggang disudut kota pernah kita isi. Disamping ini kan kita saling tersenyum dan menatap? Walau sesaat saja. Karena ku tahu akan kesucian dirimu, ya aku tahu. Biarlah ku tarik dulu rasaku untukmu, ku rasa ini belumlah waktunya.

Kemarin ku berjanji pada diriku untuk mengulur kembali rasaku dan melabuhkan bidukku dilayar matamu, pabila kau tak terima cinta yang ku persembahkan, kan tersenyum aku, pabila memang itu keputusan terbaik bagimu.

Tapi hari ini ku tak lihat kau berdiri dihadapan cemara kemarin. Aku mencari keliling, bidik mataku. Hilir mudik jalanan senyap, yang ada hanya ruang hampa dan rata akan puing-puing bangunan.

Sejenak kota ini terlihat berkabut, alangkah pekatnya sehingga akupun tak mampu memandangmu diseberang jalan sana. Aku mengibas-ibaskan sederetan pandangku. Dan aku bisa sampai ditempat biasa kita bertemu.

Oh.. aku baru sadar. Manusia biadab pasti hancurkan kota ini, dimana sekarang mereka? Tak berani muncul dan hadapi aku? Tubuhku pun mengejang, amarahku menguap. Kini tlah ku dengar lirih tangis disekelilingku dan terperanjat aku melihat sesosok wanita bercadar terseok berdarah di samping tapak kakiku.

Sekiranya ia masihlah hidup, tapi jantungnya tak lagi berdetak, nadinya pun tak kunjung berdenyut, nafasnya tak berhembus. Oh Tuhan terlambat aku, yang ada hanyalah darah yang mengalir tanpa henti, yang ku calitkan dengan melati putih yang ku rangkai. Yang sebelumnya kan ku persembahkan untuknya, tapi aku tak lagi bisa, ini sudah terlambat dan ia sudah berakhir.

Dan aku hanya menggenggamkan jemarinya dengan  melati yang ku bawa, walau tak lagilah ia bisa, ku harap dia yang sebenarnya masih disamping jasadnya dan menyaksikan aku yang tersenyum pernah mencintainya.

Dan dibalik kota yang berderu ini, aku bangkit dengan darahnya yang terbalur di lapak tangan, bersama ia yang tak lagi terlihat oleh mataku. Kami yang telah terpisah oleh tabir, menatap kota yang berkabut kelabu itu. Sekiranya aku pun bisa menyusulnya dan berada dalam satu tabir dengan keadaan yang sama, dan Allah menepati janjinya akan kita, sebagai manusia yang berjihad di jalan-Nya, untuk mempertemukan kita di Surga, yang telah Ia janjikan. Kasihku…

Meliani
9 Desember 2012

0 komentar:

Posting Komentar