Blogger templates

Sabtu, 23 Februari 2013

Jaimput Agik Panas ( Cerita Ngenjungak)


Agik pagi teput nak name Jaimput la ngabaan kurongan ayam,
“Kluuuuuttt,,,,klluuuutttt” uji e nyeruk ayam. Lida pun nang pindek kisa e, nyebut uruf er jak dak tetas, jadi e nak name ayam nak la benar-benar ngendekatek dedak tek jadi sepor ngedengaran Jaimput nyeruk e.
“Puuuuuttt,,,pppuuutt dak bebakat kao jadi tukang ayam!!!” celebus Bang Aji datang-datang nok agik berimbasan kan aik silar. Jaimput la manas ngedengaran kate Bang Aji tadik an tek. Sejurus bigik mate Jaimput tek ngerenongan bang aji nok agik kepus-kepus ngelapan ingus.
“Mak ikam ne ukan kan sembayang kawe manasek urang!!!” Ji jaimput, mate e puun kelimat kelimut
“Panas put e subo-subo neh? Kao to la sembayang ke kire-kire?”
“Ayam aku lapar wak…” Ji Jaimput dak nyambong
“Bantai kao lah..” Ji bang aji masok ke dapor, nak name Jaimput pun makin panas. Sejurus die ngeruce seagi-agik , ngerutip nok hape-hape gerangan. Sampai dak nge agik kan nak name dedak tek la abis depatokan ayam, nak name pelastik dedak pun la rabik-rabik tebulong-bulong. Nak la panas Jaimput tek makin panas ape agik meratian dedak tek nak la berambor-amboran bang tanah.
“Puuutt,, Puttt Surah ape ayat berape nak kao rutipan to?” Ji Semena tetanggak nak besebelaan kan rumah Jaimput tek
“Surah ngume, ayat dedak tumpah!!!”
Ngendengaran itu Semena kan Bang Aji nak dari tadik meratian pula Jaimput la hiro beketawaan…
Jaimpuuutt Jaimpuuutt………….

Tanjungpandan, Belitung
12 Pebruari 2013


Tertinggalkan


Hanya ada dalam ingatan dan memori
Tentang cerita kita yang tak kan berpaling lari
Dulu memang tak lah sehebat sekarang ini
Apalagi kau tak menginjak bumi

Rasa perih tangis bukan lah segala yang tak bisa terpungkiri
Namun ini batas sebuah kehidupan yang amat menyayat hati
Aku tak tahu bila harus berjalan sendiri
Tanpa engkau dan engkau sang bunga yang abadi

Kini hanya tinggal tetasan dan aliran setiap darah yang mengandung segala cinta suci
Dibalik pipi yang pernah terciumi
Hanya ada aku dan kisah terakhir kita waktu itu sebelum pergi
Pada pangkuan ilahi dan kembali

Tinggalkan
Tinggalkan aku disini
Hanya satu dan sendiri
Dibalik ilalang dan selembar daun sirih
Yang meremuk pernah kau genggam sebagai pewangi diri
Ayah Ibu… walau tiri
Sekarang telah mati dan pergi…

Tanjungpandan
15 Pebruari 2013

Renungan Tentang Dia


Tuhan, dikala aku hadir menghirup aroma dunia
Hawa panas  membuat aku merengek menangis
Lalu darahnya menyekujur pada tubuhku
Hingga seseorang menggendongku dan memandikanku
Ia sodorkan aku padanya, ia tersenyum dibalik mimbas keringatnya
Bahagianya mengurai tangis yang tak bisa tau cara menepisnya
Dia mendekapku, walau tak sanggup berdiri menggendongku
Kecup bibirnya manis mengenai kening yang berkulit bersih ini

Tuhan, usiaku terus berjalan
Ketika ia harus bersikeras menjaga diriku
Dari segala serangan dan gangguan luar yang mungkin akan menyakitkanku
Dan ketika itu terjadi
Tangisnya dalam hati, memohon dengan sangat
Andai sakitku bisa berpindah dariku hingga menjadi sakitnya

Tuhan, ketika daku mulai bisa berjalan tertatih terpapah
Walau terkadang terjatuh terembab
Ketika aku mulai ingin mengenal dunia luar
Dan ia mulai menjaga ku lebih keras lagi
Dan keras lagi

Tuhan, ketika  aku mulai bergumam,
Ketika aku mulai bisa melisankan setiap inginku
Walau dengan samar dan semauku
Orang banyak tak mengerti, tapi ia tahu dan mengerti tentang aku
Dan setiap bahasa tubuh dan kata tak jelasku

Tuhan ketika aku mulai bisa berfikir
Ketika aku mulai bisa berimajenasi
Aku melayangkan segala angan dan cita-cita yang ditanyainya
Ia mulai tersenyum ketika aku mulai bercerita tentang mimpi
Hatinya mulai tergelitik dikala aku melayangkan segala dongengku
Dan dunia fatamorganaku…

Tuhan, ketika aku mulai beranjak dewasa
Aku menyadari semuanya
Bahwa diimasa ini, senyumnya tak seindah senyum kala kemarin
Dikala aku mulai bisa melakukan segala hal sendiri
Dikala aku mulai mampu berjalan dan berbicara dengan fasih
Dikala ini pula aku harus berfikir
Mengapa?apa mungkin dengan pelarianku untuk mencari jati diriku yang sesungguhnya?
Lalu aku bertanya, dimana letak senyumnya sekarang

Tuhan, ketika segala analisa aku berkuat dan perjelas
Aku menyadari bahwa ia, selalu menginginkan yang terbaik bagi diriku
Disaat aku mulai bisa berdiri sendiri
Menatap dunia dengan luas secara pandang pribadiku
Aku tau sekarang,
Bahwa senyumnya saat ini hanyalah ada pada segala perjuanganku
Dalam mencari jati diri,
Dikala berhasil dengan segala juang asaku
Ia mulai tersenyum, menyiratkan berapa bangganya ia
Sama seperti kala kemarin, dikala aku mulai bisa berjalan dan bicara

Walau terkadang dimasaku sekarang
Aku membuatnya menangis, terkadang membuatnya bersedih
Sepenuhnya memang bukan niat, tapi aku sedang mencari waktu
Dimana aku bisa membahagiakannya dengan sangat
Dengan penuh dan dengan total
Dibalik segala kesibukan diri
Aku tau dibalik itu pula ada secarik do’amu yang menguntai
Layaknya nada yang tak perah putus

Tuhan, ketika aku tak mampu memberinya bahagia saat ini
Beri ia usia yang panjang, lahir dan batin yang bersih dan terjaga
Aku ingin engkau menyayanginya lebih dari ia menyayangiku
Setiap malam dan setiap waktu ku ingin engkau selalu mendekapnya
Layaknya dahulu ketika ia tak tidur menjaga daku dari malam sunyi

Tuhan, tanpa cintanya aku bukanlah manusia
Tanpa kasihnya aku bukanlah bagian dari dunia
Akulah manusia yang beruntung, telah pernah hinggap dalam sejuk rahimnya
Dan aku lah manusia yang beruntung
Selama ini telah didekap dan dikecupnya
Walau terkadang aku membuatnya menangis
Tapi Tuhan aku ingin suatu hari nanti aku bisa membuatnya tersenyum bangga
Sebelum ia tersenyum di pangkuan-Mu
Dan menatap aku dibalik tabir dunia dan surga sana….


I Love Mom!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Ratapan Tentang Aku


Izinkan aku sedikit meratapi tentang aku.
Aku memang tak pernah ada yang ke dua
Walau satu wujud manusia
Mana bisa kau temukan daku di seluruh penjuru dunia
Selain di tempat aku berpijak sekarang ini

Mana bisa kau menemukan daku yang sekarang sedang terpesona dalam indahnya malamku
Melayangkan tunggal jiwa ku ke angkasa raya
Yang sekonyongnya menembus fatamorgana
Berhendak menemui Tuhan dan berharap di pangku-Nya

Yang kini ada hanya jasadku
Mana bisa kau temukan aku yang hanya duduk bersandar dihadapan dinding kayu yang rapuh
Dengan santai dan tersenyum mamndang nirwana yang di gapai nafs hinaku
Lalu akan kah kan terus mencari daku dengan menunjukan sejumlah gambar diriku
Dan menanyakan kepada orang –orang yang memang tak mengenal diriku…


Tanjungpandan
14 Pebruari 2013

Ratapan Tentang Aku


Izinkan aku sedikit meratapi tentang aku.
Aku memang tak pernah ada yang ke dua
Walau satu wujud manusia
Mana bisa kau temukan daku di seluruh penjuru dunia
Selain di tempat aku berpijak sekarang ini

Mana bisa kau menemukan daku yang sekarang sedang terpesona dalam indahnya malamku
Melayangkan tunggal jiwa ku ke angkasa raya
Yang sekonyongnya menembus fatamorgana
Berhendak menemui Tuhan dan berharap di pangku-Nya

Yang kini ada hanya jasadku
Mana bisa kau temukan aku yang hanya duduk bersandar dihadapan dinding kayu yang rapuh
Dengan santai dan tersenyum mamndang nirwana yang di gapai nafs hinaku
Lalu akan kah kan terus mencari daku dengan menunjukan sejumlah gambar diriku
Dan menanyakan kepada orang –orang yang memang tak mengenal diriku…


Tanjungpandan
14 Pebruari 2013