Blogger templates

Sabtu, 23 Februari 2013

Pada Bukit


Kini aku berdiri diatas sebuh bukit yang amat tinggi
Hingga wajah dan badanku menjadi sebuah pisau yang membelah awan dikala mereka berarak
Dan disana aku tiada nyali
Bahkan untuk bergumam pun aku tak sanggup

Aku sepertinya dalam mimpi
Ku pelintir sedikit kutil yang mengacung pada leherku
Oh tidak, ternyata aku masih dalam kesadaran
Dan kini hanyal ada aku dan misteri
Ketika awan telah berarak jauh meninggalkan daku

Kini terpotret langit biru yang terlihat hanya beberapa jengkal dari ubun-ubunku
Ketika aku dihadapkan pada suatu pilihan
Terbang dengan satu sayap atau mendarat dengan tangan hampa
Hampir setengah abad aku berada pada bukit ini
Layaknya berada pada sebuah tiang yang berujungkan sebuah keruncingan

Ketika aku mulai merasa lelah
Tulang bunggungku sudah tak kuat tuk menadah
Segala keringat tercucur membasahi hampir sebagian bumi
Menjadi bahan tertawaan para burung yang melintas dan menghapiri
Menjadikan pundakku sebagai sebuah pendaratann yang apik
Lantaran daku tak sanggup bergerak dan tak kuasa berbicara


Dan serasa telah tepat satu abad aku berfikir
Bagaimana memilih dua pilihan yang sangat konyol dan mengenaskan
Aku baru sadar bahwa hari ini aku harus segera bergegas
Menapaki jalan lurus yang ada dihadapan mata
Setelah melayahkan diri pada fatamorghana semenit yang lalu

Tanjungpandan
14 Pebruari 2013

0 komentar:

Posting Komentar