Blogger templates

Minggu, 10 Februari 2013

Cerita Tentang Melia Kecil (Mancing) Bagian III



-Aku paling senang mengganggu orang dan membuatnya jengkel. Waktu itu aku mancing bareng temen-temen adek sepupuku. Mereka tenang semuanya mancing aku bergegas mengambil tanggukan ikan dan kembali ke tempat teman-teman mancing. Aku telah siap dengan tanggukanku, akhirnya aku menangguk ikan ‘sepat’ yang memang banyak disana. Airnya jadi bergelombang tak karuan, jelas saja anak-anak pada kesel, mereka bilang “Balik lah kao neh sanak, gak ngarau lah.” Aku makin bergairah membuat mereka makin panas, dengan terkekeh aku melanjutkan tanggukanku, daripada aku mancing nunggu-nunggu ikannya pada gak nafsu, mending dengan cara pemaksaan dengan menangguk si ikan-ikannya walau pun cman ikan sepat sih, hahahah. Mereka makin risih dan panas, tangkapan mereka pun tak jua datang, tak satupun, sedangkan aku sudah berpuluh ikan sepat aku dapatka… mereka makin panas akhirnya aku pun diam dan tertawa bangga dalam hati.. hahahaha… :p *Masalah buat loe?

-Karena memang ‘Hayal’ betul mancing, waktu itu memang lagi musim hantu, gara-gara hutann sagu dibelakang  rumah kakekku ditebang, ‘Tante K’ tiap malam berkikikan. Gara-gara itu aku dilarang sama ‘umak’ buat mancing kebelakang, jelas saja aku sedih, karena aku mikir “kegiatan apa yang enak dilakuin sepulang sekolah selain mancing?” malam itu memang aku berfikir dan resah untuk hari esok, dalam tidur sampai-sampai aku bermimpi berada di tempat mancingku dan menemukan tengkorak ikan besar sekali layaknya tengkorak dinosaurus yang terbentang melintang dihadapanku, jelas saja aku ketakutan dan terbangun deh. Hingga siangnya sepulang sekolah aku rada-rada ‘ngeper’ buat ke belakang selain itu ‘umak’ juga gak ngizinin. Tapiiii….. Melia kecil gak kenal takut, segala takut waktu itu aku halau dan aku pun mengambil cangkul dan mencari cacing di belakang rumah kakek, dengan membawa pancinganku dan go sendiri kebelakang. Enak aku mancing sendiri di sana, walau seram rasanya tapi aku gak peduli. Ditengah semak-semak hutan kecil dibawah rindangnya tanaman liar yang melilit pada pohon ditambah sepoi angin, rasaanya mancing bukan hanya sekedar mancing namun ketenangan. Sampai-sampai ditengah ketenangan itu aku mendengar suara lain yang memerindingkanku, aku berlari terbirit-birit tanpa menghiraukan jaoranku. Itu keren sekali!!!!! Sampai aku benar-benar dilarang buat mancing sama ‘umak’!!!!!!

Tanjungpandan
10 Pebruari 2013

0 komentar:

Posting Komentar